CERPEN PETUALANGAN MISTERIUS
Petualangan
Misterius
Namaku
Jemmy,aku seorang mahasiswa. Aku memilki sobat terbaik yang bernama Kethleen
dan Jerry. Kami memiliki hobi yang sama yaitu bertualang. Di kampus kami
dikenal sangat kompak oleh teman-teman. Teman-teman pun mengira bahwa kami
bersaudara.
Hari
ini, setelah sepulang dari kampus kami meminta izin libur selama 1 minggu
kepada dosen karena kami berencana akan
pergi ke tempat angker di Jawa Barat. Setelah itu,kami pulang ke rumah
masing-masing untuk menyiapkan perbekalan yang akan di bawa esok hari seperti
makanan, minuman, tenda, baju, kaos, dan lain-lain.
*****
Pagi
yang aku tunggu sudah datang, aku pun bergegas pergi untuk menjemput Kethleen
dan Jerry di sebuah rumah makan yang terkenal sangat lezat. Diperjalanan mobil
yang aku tumpangi tiba-tiba saja berhenti karena ban bocar. Terpaksa aku harus
pergi ke bengkel untuk memperbaikinya.
Setelah
diperbaiki, aku lansung mengendarai mobil dengan kecapatan yang sangat tinggi,
tapi tetap saja saat aku sampai disana dengan waktu telat.
“
Jemmy, kita sudah terlambat nih.”
“
Mafkan aku Keth karena tadi mobilku tadi bannya bocar.”
“Ya
sudahlah jangan dipermasalahkan lagi. Ayo kita pergi!” kata Jerry.
Sebelum
pergi kami berdoa terlebih dahulu agar perjalanan yang kami lakukan dapat
berjalan dengan sukses dan lancar. Setelah itu, kami pergi ke tempat tujuan
yaitu ke hutan di Jawa Barat. Setelah sampai, aku dan Jerry langsung membangun
tenda karena hari mau berganti malam. Tidak lupa pula dengan Kethleen untuk
menyiapkan makanan untuk makan malam.
“Keth,
aku ingin makan nasi goreng telur mata sapi.”
“Wah
kelihatannya enak thu. Aku juga ingin makan seperti Jemmy.”
“Oke,
akan aku buatkan kalian nasi goreng ala Kethleen.”
Setelah
siap semuanya, kami pun makan di depan api unggun sekalian untuk menghangatkan
badan. Setelah makan, kami tidur untuk
beristirahat dan akan bangun pada pukul 2 malam untuk melakukan ekspedisi. Aku
tidak bisa tidur karena aku ingin cepat untuk melakukan ekspedisi.
Setelah
pukul 2 malam tiba, kami bengun dan mengambil alat-alat yang akan dibawa
seperti senter, minuman, dan jaket. Setelah siap semuanya, kami pun memulai
berjalanke arah selatan.
“Jemmy,
kamu yakin kita akan pergi ke arah selatan?”
“Aku
yakin Keth.”
Banyak
hal yang tidak diinginkan saat diperjalanan. Keth melihat sesosok wanita
berbaju putih dengan muka yang menyeramkan, Jerry mendengar suara bisikan aneh
yang terdengar di telinga, sedangkan aku melihat sesosok laki-laki di atas
pohon.
“Jemmy,
ayo kita kembali ke tenda! Aku tak kuat lagi berlama-lama disini.”
“Tapi
perjalanan yang kita lakukan sudah panjang, masa kita kembali lagi ke tenda.
Hiraukan saja semua yang kamu lihat dan kamu jangan takut karena kalau kita
takut maka sosok-sosok itu akan menakuti kita.”
“betul
thu yang dikatakan Jemmy.”
Kami pun
melanjutkan perjalan lagi setelah sejenak kami berhenti. Setelah perjalan
selesai, kami kembali ke tenda untuk istirahat.
*****
Pagi ini,
setelah bangun dari tidur kami mencari sumber air yang layak digunakan untuk
membersihkan tubuh. Seperti layaknya tadi malam, kami mendengar suara anak
menangis dari arah barat.
“Apakah kalian
mendengar suara tangisan itu?”
“Ya. Aku
mendengarnya Keth.”
“Aku juga Keth.
Tapi kita harus hiraukan hal aneh itu. Sikap kita juga biasa saja jangan tampak
seperti ketakutan.”
Setelah sampai,
kami pun membersihkan diri. Kemudian kami kembali ke tenda. Saat diperjalanan
Keth melihat sebuah rumah kosong yang tampaknya sudah tidak dihuni lagi oleh pemiliknya.
“Hai, lihat! Ada
rumah tua disana,” kata Keth sambil menunjuk.
“Wah,ayo kita
kesana!” kata Jerry.
Kami pun segera
kesana. Tapi, baru satu langkah kami langkahkan kaki, ada seorang nenek tua
yang menyapa kami. Kami sangat terkejut karena nenek tua itu datang dengan
tiba-tiba.
“Hai anak muda,
jangan pernah engkau perge ke sana.”
“Rumah tua itu
Nek,” kata Jerry.
“Ya.”
“Kenapa
emangnya Nek?” Tanya Keth.
“Rumah tua itu
pernah menjadi tempat pembunuhan anak-anak remaja. Rumah itu juga sudah ratusan
tahun tidak dihuni oleh pemiliknya karena arwah anak-anak remaja itu
membalaskan dendamnya kepada pemilik rumah.”
“Tapi…”
Baru sepatah
kata yang keluar dari mulutku nenek tua itu sudah pergi dan menghilang dengan
cepat. Kami pun kembali ke tenda dengan tergesa-gesa. Ketika sampai, kami
langsung membereskan barang-barang kami dan akan pergi ke rumah tua tadi. Kami
bertiga menghiraukan perkataan nenek tadi karena kami tidak mempercayainya.
*****
Kami
membersihkan rumah tua itu karena rumah tua itu sangat kotor dan bau. Saat
membersihkan banyak benda aneh yang kami temui di dalam rumah seperti jari
tangan, rambut, seutas helai kain, dan parang yang penuh dengan darah. Setelah
selesai membersihkan rumah tua itu, kami sejenak beristirahat di dapur sambil
meminum teh.
Ketika bulan
sudah menampakkan dirinya, kami memutuskan untuk tidak bertualang karena kami
sangat lelah. Kami pergi ke kamar untuk tidur.
Wush…wush… angin
bertiup dengan kencang. Jendela kamar bergoyang karena tiupan angin, tapi
setelah kami tutup kembali jendela itu tetap saja bergoyang. Begitu juga dengan
Keth, dia mengalami hal yang sama dengan aku dan Jerry yaitu jendela yang
bergoyang dan ditambah lagi dengan lampu yang mati hidup. Kami pun keluar dari
kamar. Di dapur, hati kami semakin gunduh karena terdengar suara wanita yang
meminta tolong.
“Sebaiknya kita
harus pergi dari rumah tua ini.”
“Tak bisa begitu
saja Jemmy, hari sudah sangat malam. Kita pun tidak mempunyai tempat untuk
dihuni sementara.”
“Aku juga
sependapat denganmu Jer.”
Suasana semakin mencekam
karena benda-benda disekitar kami berjatuhan dan terlempar kearah kami. Kami
tidak bisa berbuat apa-apa, bahkan Keth dan Jerry juga hanya bisa terdiam. Tak
lama kemudian, mereka pun mengikuti ideku untuk kabur dari rumah tua ini.
Tapi, semua pintu keluar tak bisa
dibuka. Tiba-tiba ada sesosok wanita yang mendekati kami, kami hanya bisa
berteriak dan akhirnya pingsan.
*****
Keesokan
paginya, katika kami sedang makan, datang nenek tua yang kemarin menemui kami.
“Wahai anak
muda, mengapa kalian menghiraukan perkataanku?”
“Maafkan kami
Nek, kami menghiraukan perkataan nenek karena kami melihat rumah tua itu
terlihat tidak mengerikan,” kata Keth.
“Sekarang juga
kalian harus meninggalkan tempat ini.”
“Kami tidak
mau!” bantah Jerry.
“Kalau kalian
tidak mau pergi, kalian akan mendapatkan masalah yang sangat besar.”
“Kami tidak
mempercayai Nenek. Sekarang engkau pergi dari rumah tua ini!” kataku.
Nenek tua itu
pun pergi dengan menatap mata kami dengan tajam.
*****
Ketika malam
hari, kami pergi untuk melakukan petualangan. Diperjalanan, dengan ditemani
oleh cahaya senter membuat rasa takut kami berkurang.
Perjalanan yang
kami lakukan sudah jauh. Tapi, tiba-tiba saja Keth menghilang entah kemana.
Kami pun langsung mencari Keth karena kami takut terjadi apa-apa dengan diri
Keth.
“Keth…Keth… di
mana kamu,” kata Jerry sambil berteriak.
“Keth… Keth…
Keth…”
*****
Sampai pagi kami
mencari Keth, tapi kami tak menemuinya. Terpaksa kami mencari nenek tua untuk
mencari solusinya. Kami berjalan menyusuri hutan. Akhirnya aku dan Jerry
menemui nenek tua itu disekitar sungai kecil.
“Nek.”
“Ya, ada apa?”
“Teman kami yang
bernama Keth hilang entah kemana saat kami bertualang pada malam hari,” kata
Jerry.
“Kami minta
tolong kepada nenek untuk mencari solusinya,” kataku.
“Sebenarnya
nenek mempunyai solusinya, tapi aku tak mau memberitahukan kepada kalian.”
“Tolonglah
kami!”
“Ha…ha…ha…
kemarin kalian menghiraukan perkataanku. Pergi sana!” kata nenek tua dengan
suara yang berat.
Kami pun pergi
dengan muka yang sedih. kami menyesal karena telah menghiraukan dan tidak
mempercayai perkataan nenek tua. Seandainya , kalau kami mempercayai perkataan
nenek tua itu pasti kami tidak mendapatka masalah sebesar ini.
*****
Kesokan harinya,
kami kembali mencari Keth dengan meyusuri hutan. Diperjalanan, banyak juga hal
aneh yanh kai alami.
“Jem, lihat ada
pohon besar yang tumbang di depan kita. Bagaimana kita akan melanjutkan perjalanan?”
“aku juga tak
tau, pohon ini sangat berat bagi kita.”
“Apakah kita
harus memotong pohan ini menjadi kecil-kecil?”
“Mungkin itu ide
yang bagus. Apa engkau membawa pisau.”
“aku
membawanya.”
“kalau begitu
mari kita potong pohon ini!”
“Ya.”
Setelah selesai,
kami melanjutkan perjalanan. Tapi, tak jauh kami berjalan ada seekor ular yang
sangat besar di hadapan kami. Kami memutuskan untuk melompatinya. Akhirnya,
kami bisa melewatinya.
Hari sudah sore,
tapi kami belum juga menemui Keth. Perjalanan yang kami tempuh juga sudah
sangat jauh. Sejenak kami melepas lelah di bawah pohon yang besar dan berimbun.
Kami juga makan karena dari kemarin kami belum makan.
Tak lama
kemudian, seorang bapak tua menghampiri kami.
“Anak muda,
bolehkah saya meminta sedikit makanan dari kalian.”
“Hmm…Hmm…”
sejenak berpikir.”
“Berikan sajalah
Jemmy,” kata Jerry sambil berbisik.
“Kami hanya ada
segini untuk bapak,” sambil memberi.
“Terima kasih.
Ngomong-ngomong kalian sedang apa di hutan ini?”
“Kami sedang
mencari teman kami yang hilang, kata Jerry.
“Apakah Bapak
tau solusinya?” Tanyaku.
“Bapak tau.
Kalian harus pergi ke rumah tua disekitar hutan ini untuk mencari sepotong jari
tangan.”
“Rumah tua
tempat pembunuhan anak remaja ?”
“Ya. Betul
sekali.”
Kami pun
langsung menuju ke rumah tua itu untuk mencari sepotong jari tangan.
*****
Setelah sampai,
dengan sigap kami mencari jari tangan diseluruh rumah tua. Akhirnya kami
menemukan jari tangan di dapur.
“Lalu, mau
diapakan jari tangan ini?”
“Kubur saja,
Jerry.”
“Mungkin
begitu.”
Kami pun keluar
dengan membawa jari tangan dan cangkul. Kami menguburkan jari tangan itu di
belakan rumah tua. Tak lama kemudian setelah kami menguburkannya, kami
mendengar suara Keth meminta tolong.
“Tolong…tolong…”
teriak Kethleen.
“Suara itu ada
di sebelah utara,” kata Jerry.
Kami pergi kea
rah utara untuk menemui Kethleen. Akhiranya, setelah kami ke arah utara kami menemui
Kethleen juga. Kami sangat senang karena dapat berkumpul kembali. Setelah
kejadian itu, kami memutuskan untuk pulang ke rumah.
Kami pun pulang
dengan selamat…..
Comments
Post a Comment