2.3 Hiperplasia Gingiva
2.3.1 Definisi
Hiperplasia gingiva merupakan pertumbuhan berlebih
gingiva dari yang ringan yaitu pada interdental papila hingga yang berat yaitu
pembesaran pada seluruh gingiva sehingga menutupi mahkota gigi.
Hiperplasia gingiva terkait obat-obatan adalah
pertumbuhan abnormal jaringan gingiva karena penggunaan obat sistemik.
2.3.2 Etiologi
Terjadinya hiperplasia gingiva merupakan hasil dari
beberapa faktor-faktor seperti:
a.
Faktor lokal seperti plak, kalkulus, dan
bakteri.
b.
Keseimbangan hormon seperti estrogen dan
testosteron
c.
Leukemia
d.
Faktor genetik atau sindrom
e.
Obat-obatan
v Anticonvulsants
• Carbamazepine
• Ethosuximide
• Ethotoin
• Felbamate
• Mephenytoin
• Methsuximide
• Phenobarbital
• Phensuximide
• Phenytoin
• Primidone
• Sodium valproate
• Vigabatrin
v Calcium
channel blockers
• Amlodipine
• Bepridil
• Diltiazem
• Felodipine
• Nifedipine
• Nitrendipine
• Verapamil
v Cyclosporine
v Erythromycin
v Oral
contraceptives
2.3.3 Mekanisme Hiperplasia Gingiva Karena Obat-Obatan
a. Antikonvulsan
Dilantin
adalah hydantoin untuk pengobatan semua jenis epilepsi, kecuali petit mal
(kejangringan). Terdapat hubungan antara dilantin dengan pembesaran gingival.
Hydantoin lain yang dikenal dapat menginduksi pembesaran gingival adalah
ethotoin dan mephenytoin. Antikonvulsan lain yang efek sampingnya sama adalah
succimides (ethosuximide, methusuxinimide, dan asam valproic). Phenytoin dapat
menstimulasi proliferasi sel seperti fibroblas dan epithelium. Fibroblas yang
berasal dari pembesaran gingival yang diinduksi oleh phenytoin menunjukkan
peningkatan sintesis sulfat glikosaminoglikan in vitro. Phenytoin bisa
menginduksi penurunan penghancuran kolagen sebagai hasil dari produksi
kolagenase fibroblas yang tidak aktif.
b. Imunosupresan
Siklosforin
merupakan imunosupresif poten yang digunakan untuk mencegah penolakan organ
transplant dan untuk mengobati beberapa penyakit autoimun. Pada pemeriksaan
mikroskopis banyak ditemukan sel plasma dan substansi ekstraselular yang amorf
yang menandakan bahwa hypersensitivitas dan pembesaran gingival merupakan respon terhadap siklosforin. Siklosforin juga
memiliki efek samping lain, sperti nefrotoksisitas, hipertensi, dan
hipertrikosis.
c.
Calcium Channel Blocker
Calcium
channel blocker merupakan obat yang dikembangkan untuk pengobatan
kardiovaskular, seperti hipertensi, angina pektoris, penyempitan arteri
koroner, dan aritmia jantung. Obat ini menghambat ion kalsium masuk ke membrane
sel jantung dan sel otot polos, memblok pergerakan kalsium ke intraselular. Obat ini dapat
langsung menginduksi dilatasi ateri koronari dan arteriol, meningkatkan suplai
oksigen ke dalam otot jantung; dan juga mengurangi hipertensi dengan cara
mendilatasi vascular perifer. CCBs dapat mengurangi tingkat kalsium di
fibroblas gingiva dan sel T, sehingga mempengaruhi proliferasi sel T atau
aktivitas dan biosintesis kolagen. Obat ini merupakan turunan dihydropyridine (amlodipin,
felodipin, nicardipin, nifedipin); turunan benzotiazin (diltiazem); dan turunan
penilalkilamin (verapamil).
Beberapa
obat ini dapat menyebabkan pembesaran gingival. Nifedipine merupakan salah satu
obat yang sering digunakan, dapat menginduksi pembesaran gingival 20 % pada
pasien. Nefidipine menyebabkan produksi kolagen terganggu yang mengakibatkan
deposit kolagen. Isradipidine merupakan turunan dyhidropidine yang pada
beberapa kasus tidak mengakibatkan permbesaran gingiva dapat menggantikan
nifedipine.
REFERENSI:
- Newman MG,
Carranza. Clinical Periodontology 13th edition. Pages 260-261
- Regezi,
Sciubba, Jordan. Oral Pathology, Clinical pathologic correlations.7th
Ed. Saunders. St. Louis. 2016. Pages 164
- Neville
BW., et al. Oral and Maxillofacial Pathology 4th Edition. WB
Saunders Company. Philadelphia. 2015. Pages 148
Comments
Post a Comment